Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Jalan Penuh Luka

Gambar
Ini jalan penuh luka kau bisa mencium aroma anyirnya mendengar tetes darahnya Ini jalan penuh luka berbekallah sekantung air mata berkalunglah untaian doa Ini jalan penuh luka maukah kau tetap bersama atau tanganku kaulepas saja? Yogyakarta, 14 Desember 2016 20:25

Renungan untuk Ibu: Terima Kasih karena Telah Menjagaku

Gambar
Terima kasih karena Ibu mengajarkanku untuk tak jadi pendendam .... Kita tak pernah bisa memilih terlahir dalam keluarga seperti apa. Aku bersyukur karena terlahir dalam keluarga yang lengkap, tak banyak masalah, tapi kau juga tak bisa menyesal karena terlahir dalam keluarga yang mengalami perpecahan. “Kenapa sih Ibu selalu berkorban buat dia yang dulu menyia-nyiakan Ibu? Waktu Ibu kecil, nggak diurusin. Yang diurusin anak-anaknya yang sana. Kenapa sekarang waktu dia sakit Ibu juga yang harus mengurus? Toh pengorbanan Ibu nggak ada artinya di matanya,” kataku. “Bagaimanapun dia bapakku,” kata Ibu. Satu kalimat itu cukup membungkam mulutku. Cinta memang mengabaikan logika. Cinta itu pula yang memadamkan dendam. Cintamu pula yang mengajarkanku untuk ikhlas, sabar, dan tak memelihara rasa dendam. Terima kasih karena Ibu mengajarkanku untuk jadi perempuan mandiri .... “Perempuan itu mesti kreatif, mandiri, nggak boleh menyusahkan laki-laki. Perempuan itu nggak boleh be

Curhat buat Sahabat: Maafin Aku Ya, Jeng....

Gambar
Dear Jeng Depol, a.k.a. Devi.... Nggak terasa ya kita sahabatan hampir 8 tahun. Kita memang satu fakultas, kamu di D-3 Bahasa Jepang (dulu belum jadi Sekolah Vokasi), aku di S-1 Sastra Indonesia, tapi justru dipertemukan di Gelanggang Mahasiswa. Kita jadi dekat karena sama-sama jadi “bocah gelanggang”, anak UKM, ikut divisi tari putri UKJGS (Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta). Kita jadi semakin dekat gara-gara jadi pengurus harian, kamu jadi kepala divisi tari putri, aku jadi staf divisi inventaris dan kostum. Kita sedih bareng kalau dimarahi senior, ketawa bareng kalau ada momen-momen indah. Di luar kegiatan UKM pun kita tetap dekat. Selama kita sahabatan, ada banyak hal yang selama ini mengganjal yang perlu aku sampaikan. Gelanggang Mahasiswa, tempat kita dipertemukan Menari, kegiatan yang membuat kita dekat Maafin aku ya, Jeng.... Dulu aku sok dekat waktu kita baru kenalan.... Waktu itu kita baru kenal, tapi aku udah minta tolong kepangin rambutku. Duh, Jeng,

Sajak Wedang Ronde

Gambar
SAJAK WEDANG RONDE Tak lihatkah langit tergulung awan? Sesaat lagi mengirimkan hujan Tak inginkah singgah barang sebentar? Menghirup harumnya serai, pandan, dan jahe bakar Menggigit gurihnya kacang, kenyalnya ketan Mencecap manisnya air penghangat badan Sambil mengudap sepiring obrolan Mungkin satu sore di masa depan Kita bisa duduk bersama sambil wedangan Sambil menghitung rambut kita yang belum jadi uban Yogyakarta, 15 Mei 2016 *Puisi ini ditulis pada sebuah sore yang mendung sambil minum (atau makan) wedang ronde buatan saya yang kata Dewan Icip Nasional (teman-teman kos) jahenya kurang terasa. Minumnya nggak sambil baper kok.... :D

PSA (Perawatan Saluran Akar) (Bagian 3): Cetak Gigi dan Pasang Onlay

Gambar
Setelah perawatan saluran akar gigi saya sampai pada tahap 4, yaitu pengisian saluran akar, perawatan gigi saya diserahkan kembali ke drg. Henri. Sebelum menjalani tahap selanjutnya, saya harus menjalani rontgen lagi untuk melihat kondisi gigi saya. drg. Evy memberi saya rujukan rontgen. Seperti biasa, rontgen di RSGM Prof. Soedomo UGM saja yang murah meriah dan dekat, tinggal gowes 5 menit langsung sampai. Senin, 7 Desember 2015: Rontgen Gigi Lagi Jam istirahat saya segera menuju bagian radiologi RSGM UGM. Lumayan banyak antreannya. Saya langsung melapor ke drg. Henri bahwa saya sudah sampai. Selesai difoto, saya duduk-duduk di depan bagian radiologi. Dari kejauhan, saya melihat drg. Henri menaiki lift , sepertinya mau ke lantai 3. Semoga segera membuka pesan dari saya, lalu segera melihat hasil rontgen supaya saya langsung bisa kembali ke kantor. Hasil rontgen sudah di tangan, drg. Henri meminta saya menunggu sebentar. Dudududu. Sebentar-sebentar saya melihat jam di tangan.

PSA (Perawatan Saluran Akar) (Bagian 2): Ketika Si Gigi Minta Dikonservasi

Gambar
Sabtu, 14 November 2015 (Kunjungan 3): PSA Tahap 1 Setelah menjalani rontgen gigi dan pemotongan polip, saya mulai menjalani perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar ini termasuk dalam perawatan konservasi gigi yang bertujuan untuk mempertahakan gigi supaya tidak dicabut dari rongga mulut. Kata drg. Henri, saya sudah dibuatkan janji dengan drg. Evy pukul 14.00. drg. Henri mengambil spesialisasi bedah mulut, jadi perawatan gigi saya dilakukan dokter lain yang mendalami konservasi gigi. Sebelum pukul 14.00 saya sudah sampai di Apotek K-24 Demangan Baru. Saya tanya pada pegawai apotek, katanya dokter giginya belum datang. Saya pun menunggu sambil duduk-duduk. Tidak lama kemudian ada mbak-mbak imut berwajah Oriental masuk, lalu berkata kepada pegawai apotek bahwa dirinya adalah dokter gigi pengganti. Wooogh, mbak ini dokter giginya! Saya pun menghampirinya. “Dokter Evy ya?” “Iya.” “Saya Dewi, pasiennya Dokter Henri.” Ilustrasi perawatan saluran akar Sumber:  https://en.wikip

PSA (Perawatan Saluran Akar) (Bagian 1): Belum Siap Ompong!

Gambar
Setelah menjalani empat kali odontektomi dan eksisi FAM ( fibroadenoma mammae ) sampai harus opname, saya pikir “petualangan” saya di dunia medis sudah selesai. Tentunya tidak termasuk kunjungan rutin ke dokter gigi untuk membersihkan karang. Baru setahun gigi geraham kanan bawah (gigi 47) saya ditambal, ternyata tambalannya sudah copot. Duh, mesti ngurusin gigi lagi nih! Rabu, 28 Oktober 2015: Tambalanku Copot! Sebelum tambalan gigi saya benar-benar copot, saya sudah membatin, kok ada yang aneh ya dengan tambalannya. Lama-lama kok terkikis sedikit demi sedikit. Padahal belum satu tahun. Satu waktu saya makan dan klethuk , ada biji nasi kering yang tergigit tapi meleset. Eh, kok rasanya ada makanan yang nyempil di gigi. Saya pun becermin. Aaaaa! Gigi saya sudah “terkubur” nasi dan sedikit berdarah. Ketika makanan yang nyempil itu saya ambil, tambalan gigi pun ikut terangkat. Huaaa! Copot! Ya Allah, apa aku kalau ngunyah terlalu ekstrem ya makanya tambalannya copot? T_T Karen