Anak Kecil Aja Tau! 1# Tentang Kesabaran


Suatu hari ketika saya pulang ke rumah (saya tinggal di kos-kosan di Yogyakarta sejak kuliah), alangkah terkejutnya saya ketika mendapati TV saya tidak bisa dinyalakan dan remote TV itu entah berada di mana. Sambil mengomel saya mencari remote TV dan mencari-cari sumber masalah mengapa TV itu tidak bisa dinyalakan. Kebetulan saat itu ada adik sepupu saya yang usianya masih sekitar empat tahun yang mengikuti saya (dia memang kadang-kadang “lengket” dengan saya).
“Ini kenapa TV-nya kayak gini? Terakhir yang makai siapa? Remote-nya di mana?” tanya saya pada nenek saya.
“Nggak tahu. Kemaren anaknya si Itu sama si Anu rebutan remote sama tarik-tarikan kabel.”
“Apa? Kok bisa? Di rumah orang kok berani-beraninya ngotak-atik barang-barang punya orang? Diajarin dong anaknya biar tahu sopan santun, biar nggak seenaknya aja. Ngrusakin barang orang lagi,” kata saya sambil terus mencari remote.
Tanpa saya duga, adik sepupu saya yang masih duduk di bangku TK itu mengucapkan satu kalimat dengan polosnya, “Mbak, mbok sabar.”
Alangkah terkejutnya saya. Kalau ucapan itu berasal dari ibu saya, mungkin itu wajar dan mungkin akan saya timpali dengan sinis, “Sabar, sabar. Sabar terus.” Akan tetapi, ini kasusnya beda. Kalimat ini justru muncul dari anak yang pengalaman hidupnya jauh lebih sedikit daripada saya.
Ada perasaan trenyuh sekaligus malu ketika mendengarnya. Harusnya, mengenai kesabaran, saya yang saat itu sudah berusia 22 tahun jauh lebih paham daripada anak usia TK yang mengucapkan bunyi [r] saja masih kesulitan hingga yang bisa dilakukannya bukan bersabar,tapi belsabal. Agaknya, si sepupu kecil ini memang menjadi jalan Allah untuk mengingatkan saya bahwa saya masih harus belajar banyak tentang kesabaran. Ada perlunya saya merenungkan kembali salah satu potongan ayat dalam kitab-Nya. Ayat yang sederhana, tapi harus dimaknai seluas-luasnya.
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S., 2:153)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSA (Perawatan Saluran Akar) (Bagian 3): Cetak Gigi dan Pasang Onlay

Cerita Gigi Bungsu Si Anak Bungsu (Bagian 2): Sakitnya Dikit, Malunya yang Nggak Ketulungan

[Review Kumpulan Cerpen] Parmin: Kebahagiaan dalam Segelas Es Krim yang Mencair