Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Surat buat Bapak: Terima Kasih Sudah Menemani Langkahku Sejauh Ini

Gambar
Untuk Bapak.... Beberapa waktu lalu, tepatnya saat Lebaran 2015, kita bertiga (aku, Bapak, dan Ibu) duduk-duduk di ruang tamu selepas makan malam. Aku melihat foto wisudaku yang terpasang di dinding kayu rumah kita dan tiba-tiba aku berkata, “Mau pasang foto di ruang tamu aja mesti susah payah empat tahun ya. Seandainya aku nggak kuliah, mungkin nggak ada foto di ruang tamu ya.” “Ada foto, tapi foto lain,” kata Ibu. “Kok kita dulu nekat banget ya? Nggak punya uang, tapi ngotot kuliah. Punya motor cuma satu, eh dijual juga. Nah itu tetangga-tetangga kita punya sapi banyak, tanah luas, anaknya cuma sampai SMP, mentok-mentok SMA,” kataku. “Kan pengen anaknya pinter,” kata Bapak. Aih! Jadi, menurut Bapak, aku ini bodoh? L “Nyatanya kita bisa melewati semua sama-sama,” kata Ibu. “Kalau kamu nggak kuliah, mungkin nggak pernah tahu gedung yang namanya Grha Sabha Pramana. Hehehehe,” kata Bapak dengan nada bercanda. Ya, bercanda memang aktivitas yang kita lakukan sekeluarga ketika sedang

Senandung Ibu (dari Ibu untuk Kita)

Gambar
Beberapa waktu lalu saya iseng membuka-buka catatan lama di akun Facebook dan menemukan sebuah puisi berjudul “Senandung Ibu (dari Ibu untuk Kita)”. Saya pun mencoba mengingat-ingat peristiwa yang melatarbelakangi saya menulis puisi ini. Dengan melihat tanggal posting -nya, saya ingat bahwa puisi ini saya tulis di sela-sela “kehebohan” menulis skripsi. Berkutat dengan topik mengenai komunikasi orang dewasa dan anak-anak, ada banyak hikmah yang saya dapatkan. Yang paling utama ialah saya sadar bahwa kasih sayang orangtua, terutama ibu sangatlah besar karena ibu adalah guru pertama bagi seorang anak. Ibu adalah guru yang pertama mengajarkan hal-hal mendasar dalam kehidupan seseorang, seperti berbicara, berjalan, makan, bersikap. Dengan merenungkan semua itu, terpikirlah untuk menuliskan sebuah puisi yang saya dedikasikan untuk semua ibu hebat dunia. J Senandung Ibu (dari Ibu untuk Kita) Tidurlah anakku, Lihatlah si bulan merah jambu bersembunyi di awan kelabu karena air

Mie Ayam Bandung Asli Beskalan: Ketika Mi Ayam Oke Juga untuk Sarapan

Gambar
Menu apa yang cocok untuk sarapan? Bubur ayam, soto, nasi gudeg? Itu sudah biasa. Kalau mi ayam? Itulah uniknya warung Mie Ayam Bandung Asli yang justru menghidangkan mie ayam sebagai menu andalan untuk sarapan. Warung ini berlokasi di Jalan Beskalan 35, samping Pasar Pathuk, Yogyakarta. Dari arah Jalan Malioboro ke selatan, belok kanan di gang sebelah Ramai Mall, lurus ke arah Pasar Pathuk. Warungnya berwarna biru di kiri jalan. Ini adalah kali kedua saya datang ke sini. Karena dulu saya sudah pernah mencicipi lomie kangkungnya yang mantap jaya, kali ini saya memesan menu lain. Mbak Martha memesan mi ayam merem melek (asin pedas), sedangkan saya memilih mi ayam asin. Isinya mi, sawi, cincangan ayam, bumbu, bawang goreng, dan kuah serta pangsit dalam mangkuk terpisah. Sayangnya, kami datang kesiangan (meskipun sebenarnya masih jam 07.30, masih pagi) sehingga pangsit yang jadi pelengkap mi ayamnya sudah habis. Saya kebagian bakso. Porsi mi ayamnya pas, lumayan kenyang. Rasanya.

“KAPAN KAWIN?”: Sebuah Pertanyaan yang Sesungguhnya Tidak Memerlukan Jawaban, melainkan Doa

Gambar
Jelang Lebaran 2015, mulai banyak teman-teman saya yang memasang display picture di Blackberry Messenger dengan meme yang bernada menolak pertanyaan “Kapan kawin?”. Ada yang bernada frontal, ada yang lucu. Saya pun merasakan “keresahan” yang sama. Sebagai orang yang sampai sekarang masih belum jelas siapa jodohnya, belum ada tanda-tanda bahwa “si dia” sudah dekat,  alias masih...uhuk... single , pertanyaan basa-basi ini kadang-kadang terasa annoying . Selain pertanyaan “Kapan kawin?” dan “Kapan nyusul?”, ada pertanyaan serupa yang kadang ingin membuat saya berteriak, “Errrrrr.” sambil mencakar-cakar tanah. Stop tanya "Kapan nikah?" :D Cari Pacar Sana! Cari pacar? Emang ada gitu yang buang? Hahahaha. Dalam sebuah percakapan dengan salah satu sepupu saya, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba dia berkata, “Jadi cewek itu harus matre. Kalau nggak matre lapar. Cari pacar, Mbak. Kalau punya pacar kan ke mana-mana ada yang nganter, nggak usah panas-panasan naik a

Cerita buat Sahabat: Kamu Nyebelin, tapi....

Gambar
Sudah lebih dari 7 tahun saya bersahabat dengan Arum, sahabat saya semasa kami sama-sama kuliah S-1. Kami pertama kali bertemu saat PPSMB UGM 2008 (Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru, semacam ospek). Makrab (malam keakraban) jurusan pun satu kelompok. Kuliah selama 6 semester pun hampir selalu duduk bersebelahan, kecuali kalau kami mengambil mata kuliah yang berbeda atau kursi di sebelah kami sudah terisi. Alasannya simpel, dia minusnya parah dan saya tidak bisa membaca tulisan di papan tulis kalau duduk di belakang. Hehehe. Begitulah dukanya punya tubuh mungil. Tiga tahun duduk sebelahan terus :D Orang-orang yang mengenal kami mungkin akan berpikir kami sangat dekat, ke mana-mana selalu berdua, rukun-rukun saja, saling menjaga dan menyayangi. Halaaaah! Sesungguhnya itu salah! Dia itu aslinya NYEBELIN karena: 1.     Hobi ngupil tanpa peduli tempat dan waktu Entah mengapa di depan saya dia terlihat begitu menikma