Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Anak Kecil Aja Tau! 4# Tentang Ketulusan

Gambar
Ketika saya masih berusia sekitar tiga atau empat tahun, paman saya pernah mengajak saya pergi berkunjung ke rumah seseorang saat hari Lebaran. Saya tidak tahu ke mana saya akan dibawa, tapi karena saya lumayan “lengket” dengan paman saya yang satu ini, saya menurut saja diajaknya. Ternyata, si paman ini mengajak saya pergi ke rumah gadis yang ditaksirnya. Mungkin istilahnya sekarang gebetan . Si gadis itu bertanya, “Anak siapa itu?” Paman saya pun berkata, “Anakku.” Saya yang waktu itu masih kecil dan tidak terlalu mengerti akhirnya hanya diam. Saya hanya membatin, bagaimana mungkin dia mengaku bahwa saya adalah anaknya, padahal kan bukan. Mungkin saat itu saya masih terlalu polos hingga tidak paham tentang “modus” di balik kebohongannya. Saat saya beranjak dewasa, saya baru sadar bahwa si paman itu melakukan “pencitraan” bahwa dirinya mencintai anak-anak untuk “cari perhatian” dari gebetannya. Itulah kesimpulan saya. Andai dulu saya tahu, pasti saya menolak dijadikannya “alat”

Anak Kecil Aja Tau! 3# Tentang Meminta Maaf

“Memaafkan bukan berarti melupakan.” — Mahatma Gandhi Maaf. Kata yang sederhana bila dipandang dari aspek bunyi. Hanya terdiri atas empat bunyi dan dua suku kata. Namun, dari aspek pragmatik, kata ini punya efek yang dahsyat. Maaf dalam KBBI berarti ‘(1) pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dsb) karena suatu kesalahan; ampun, (2) ungkapan permintaan ampun atau penyesalan, (3) ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu'. Meminta maaf itu ibarat mencabut paku yang menancap di dinding. Meskipun paku tercabut, bukan berarti lubang di dinding seketika hilang. Biarpun tidak menjamin sebuah kesalahan dilupakan, paling tidak kata maaf bisa meredam ketegangan antara dua pihak. Karena dahsyatnya efek kata maaf itu, kadangkala sulit untuk diucapkan. Bukan karena masalah alat wicara yang terganggu, melainkan untuk menggugah “hati” agar bisa menstimulus otak dan saraf motorik untuk memproduksi kata sederhana itu. Bisa jadi karena gengsi, bisa jadi karena memang be

Anak Kecil Aja Tau! 2# Tentang Kejujuran dan Saling Berbagi

Sekitar tahun 2011 atau 2012 (saya lupa kapan persisnya), pakde saya dirawat di rumah sakit karena menjalani operasi saluran kencing. Pakde saya harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Saya dan kakak sepupu saya (anak pakde saya) yang menjaganya. Saat itu pakde saya satu ruangan dengan pasien yang mengidap penyakit diabetes yang sudah lumayan parah, terbukti dengan beberapa sayatan di tubuhnya. Mengejutkannya, pasien ini seolah tidak menganggap bahwa penyakitnya ini serius. Dia masih saja “ngeyel” hingga saya berpikir betapa beruntungnya dia memiliki istri yang sabar dan menjaganya tanpa lelah. Suatu hari, si pasien ini tidak mau makan ransum yang sudah disediakan rumah sakit. Kalau dipikir-pikir, siapa sih yang mau makan makanan dari rumah sakit? Selain menunya disesuaikan dengan penyakit yang diderita pasien, “aura” rumah sakit dan penyakitnya sudah membuat pasien malas makan. Pada saat itu si istri berkata, “Terus mau makan apa, Pak? Dibeliin sop daging yang seger

Anak Kecil Aja Tau! 1# Tentang Kesabaran

Suatu hari ketika saya pulang ke rumah (saya tinggal di kos-kosan di Yogyakarta sejak kuliah), alangkah terkejutnya saya ketika mendapati TV saya tidak bisa dinyalakan dan remote TV itu entah berada di mana. Sambil mengomel saya mencari remote TV dan mencari-cari sumber masalah mengapa TV itu tidak bisa dinyalakan. Kebetulan saat itu ada adik sepupu saya yang usianya masih sekitar empat tahun yang mengikuti saya (dia memang kadang-kadang “lengket” dengan saya). “Ini kenapa TV-nya kayak gini? Terakhir yang makai siapa? Remote -nya di mana?” tanya saya pada nenek saya. “Nggak tahu. Kemaren anaknya si Itu sama si Anu rebutan remote sama tarik-tarikan kabel.” “Apa? Kok bisa? Di rumah orang kok berani-beraninya ngotak-atik barang-barang punya orang? Diajarin dong anaknya biar tahu sopan santun, biar nggak seenaknya aja. Ngrusakin barang orang lagi,” kata saya sambil terus mencari remote . Tanpa saya duga, adik sepupu saya yang masih duduk di bangku TK itu mengucapkan satu kalim